BEKAL MAKAN ISTIMEWA

Langit bersih tanpa awan. Matahari bersinar cerah dan mulai terasa hangat di kulit. Suasana taman kanak-kanak itu terlihat begitu ramai. Ini memang waktunya istrahat. Bocah-bocah kecil dalam balutan seragam oranye berlarian ke sana kemari. Ada yang sibuk naik turun perosotan, ada yang asyik bermain jungkat-jungkit bersama temannya.

Di dalam kelas, ada anak yang sedang menghabiskan bekal makannya sambil ditemani ibunya. Di beberapa sudut tampak beberapa ibu muda, duduk bercerita sambil memegang kotak makan plastik aneka bentuk. Beberapa menit sekali mereka akan meneriakkan nama anaknya. Lalu si anak akan berlari-lari mendekat, disuapi, kemudian lari kembali bermain bersama teman-temannya.

Seorang perempuan berusia awal tiga puluhan berdiri di koridor. Mengenakan terusan sederhana berwarna hitam, perutnya terlihat membuncit. Sepertinya kehamilannya sudah memasuki trimester 3. Ia tersenyum melihat seorang bocah laki-laki yang duduk tak jauh darinya. Duduk di sebuah bangku kayu, bocah itu sedang asyik menyantap bekalnya dengan lahap. Kotak makannya bersekat-sekat. Ada nasi, sepotong besar ayam goreng tepung, beberapa potong wortel dan brokoli rebus, serta dua potong apel. Di sampingnya ada botol minum dan sekotak susu coklat.

Dua orang temannya datang menghampiri dan ikut duduk bersamanya. Yang seorang memegang roti coklat besar dan wafer keju. Yang satunya lagi membuka kotak bekalnya yang berwarna merah muda. Isinya mie goreng dengan suwiran ayam, potongan bakso, sosis dan telur dadar. Sangat menggugah selera. Ia pun makan dengan lahap.

Senyum si perempuan berubah getir. Ia menghela nafas panjang. Mendadak udara di sekitarnya terasa menyesakkan. Matanya berkabut. Ia lalu memanggil anak perempuannya.
“Raya ….”
Seorang bocah perempuan cantik berjilbab putih berlari mendekat.
“Makan dulu, yuk. Ibu suapin,” ujar si perempuan tadi sambil tersenyum.
Putri kecilnya mengangguk sambil menyeka wajahnya yang berkeringat.

Perempuan itu membuka tutup kotak bekal yang dibawanya. Dadanya bergemuruh. Bekal makan untuk putrinya adalah nasi goreng kecap yang pucat warnanya, karena kecapnya habis. Tanpa lauk apapun. Ia mengambil sesendok dan menyuapkannya pada putrinya. Anak perempuan itu  kembali bermain. Tak sampai semenit kemudian, ia sudah kembali lagi, membuka mulutnya minta disuap.

“Masya Allah. Pintar sekali anak Ibu makan ….” suaranya terdengar bergetar.

Anak perempuan berusia 5 tahun itu tersenyum riang lalu berbalik pergi bermain.

Perempuan itu menutup kotak bekal yang dipegangnya. Jangan sampai ada yang melihat bekal yang disiapkannya untuk putrinya hari ini. Nasi goreng polos tanpa lauk apapun. Ah, ibu macam apa yang memberi bekal tak bergizi seperti ini pada anaknya yang sedang dalam masa pertumbuhan? Hatinya teriris.

Tapi sungguh … tidak ada apa-apa lagi. Stok bahan makanan habis. Uang pun sudah tak ada lagi sejak beberapa hari lalu. Sejak kemarin mereka sekeluarga hanya bisa makan nasi goreng polos tanpa lauk apapun. Karena hanya tersisa beras, yang bahkan hanya cukup sampai siang ini. Menu nasi goreng pun menjadi pilihan utama. Setidaknya, meski tanpa lauk, masih ada yang terasa enak di lidah. Dan putri kecilnya itu makan dengan lahap sejak kemarin, tanpa protes dan tanpa bertanya.

Perempuan itu mengusap matanya, berusaha keras menahan air yang sudah menggenang dan siap untuk jatuh di pipinya. Ia melihat sekeliling … pada bekal makan teman-teman anaknya yang super lengkap. Semoga suatu saat nanti putrinya bisa membawa bekal istimewa seperti itu ke sekolah. Alhamdulillah ala kulli hal. Ia tidak iri … sama sekali tidak iri. Bukankah setiap orang dilahirkan dengan rezekinya masing-masing? Semoga besok suaminya bisa segera mendapat pekerjaan lagi.

Beberapa bulan belakangan ini, hari-hari telah dilaluinya dengan susah payah dan penuh air mata. Berusaha tersenyum dan bersikap seperti biasanya itu ternyata melelahkan. Berpura-pura bahagia? Rasanya tidak. Ia tidak berpura-pura bahagia. Ia sangat bersyukur, suami dan putri kecilnya sehat, janin dalam rahimnya bergerak aktif meskipun ibunya tidak minum susu hamil dan jarang makan karena berhemat. Bukankah itu juga bagian dari rezeki Allah?

Tidak apa-apa. Semua sehat dan sakit, semua kekuatan dan rezeki, sumbernya adalah dari Allah. Semoga putri kecilnya sehat selalu, tumbuh jadi anak yang cerdas dan pandai bersyukur dalam hidupnya, meski dengan bekal makan seadanya seperti ini. Ah, ini bekal makan istimewa. Nasi goreng bertabur doa-doa yang dilantunkan ibunya dengan sepenuh hati dan bercucuran air mata.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Buku Cerita Anak : How Rude!

Buku Cerita Anak: TURTLE AND TORTOISE ARE NOT FRIENDS