HATI-HATI, HINDARILAH 2 KEBAIKAN INI!

Perbuatan baik akan mendatangkan pahala dan yang buruk akan diganjar dosa. Prinsip dasar ini rata-rata dianut oleh sebagian besar manusia di muka bumi. Semua agama juga mengajarkan seperti itu, bukan? Kebaikan akan berbalas kebaikan dan keburukan akan mendatangkan keburukan pula.

Namun ternyata pada beberapa hal, yang terjadi justru sebaliknya. Aksi akan menimbulkan reaksi, namun aksi positif tidak selamanya menimbulkan reaksi positif juga. Mengapa demikian? karakter dasar manusia yang berbeda-beda dalam menanggapi sesuatu bisa menjadi salah satu penyebabnya.

Tahukah, KLIPERS? Ada dua kebaikan yang perlu dihindari untuk dilakukan karena biasanya berakibat negatif. Wah, berbuat baik tapi hasilnya negatif? Apakah ada? Simak penjelasannya berikut, yuk!

1. Kebaikan dengan Pamrih

Menurut KBBI, pamrih adalah maksud tersembunyi dalam memenuhi keinginan untuk memperoleh keuntungan pribadi. Melakukan sesuatu tanpa pamrih, kalimat ini terkenal, bukan? Untuk mengingatkan kita bahwa berbuat baik seharusnya dilakukan tanpa pamrih, tanpa menginginkan balasan apapun.

Contoh sederhananya seperti memberi hadiah pada teman. Lalu berharap nantinya ia akan melakukan hal yang sama. Namun yang terjadi justru berbeda. Ketika kita menunggu hadiah darinya, ia mungkin sedang dalam kondisi sulit dan tidak bisa memberi sesuatu sebagai hadiah atau justru ia tidak merasa harus memberi hadiah karena tidak ada yang penting. Apakah ia salah? Tidak. Yang salah adalah pamrih dalam pikiran kita. Memberi hadiah ya seharusnya karena ingin menyenangkan si penerima. Itu saja tanpa ada embel-embel harapan di belakangnya.

Kita yang seringkali tanpa sadar melakukan sesuatu dengan ekspektasi tinggi, biasanya selalu kalah dalam hal ini. Berbuat baik dengan harapan akan diperlakukan sama pula di kemudian hari. Ketika kenyataan yang terjadi justru sebaliknya, rasa kecewalah yang muncul. Itulah mengapa jangan sampai kita berbuat baik yang mengandung pamrih, agar tidak kecewa nantinya. Bukan salah orang yang mengecewakan kita, salahkan diri kita yang menaruh ekspektasi terlalu tinggi. As you know, berharap pada manusia itu adalah patah hati yang disengaja


2. Kebaikan yang Membebani

Seperti apa kebaikan yang membebani ini? Yaitu ketika kita melakukan suatu kebaikan yang sebenarnya tidak diinginkan oleh orang tersebut. Contoh sederhana misalnya mendaftarkan teman di sebuah kelas motivasi dengan membayarkan setengahnya tanpa persetujuan yang bersangkutan. Sisanya bisa dicicil di kemudian hari jadi (sepertinya) tidak masalah (menurut kita). Bisa dibilang kita telah menolong teman tersebut dan memudahkannya untuk mengikuti kelas yang sangat bermanfaat.

Namun ternyata ia justru menjadi terbebani hutang sisa pendaftaran yang masih harus dilunasi. Padahal, ia bisa saja ikut kelas-kelas di waktu mendatang. Sekarang malah jadi bertambah hutang yang harus dilunasinya. Cerita ini adalah cerita nyata seorang teman, menyadarkan kita betapa pentingnya konfirmasi. Jika ingin berbuat baik pada orang lain, pastikan terlebih dahulu apa yang akan kita lakukan benar-benar membantunya dan bukan malah menjadi beban masalah baru untuknya.

Ternyata, kebaikan dengan embel-embel lain yang melekat dibelakangnya perlu untuk dihindari, ya. Cukup memastikan bahwa alasan kita untuk berbuat baik adalah karena ingin memperoleh pahala dan berkah dari Allah. Maka tak masalah meski nanti balasannya tidak sesuai dengan yang dibayangkan, Allah SWT yang akan menilai perbuatan kita. Tidak peduli bagaimana reaksi dan penilaian yang diberikan oleh manusia, malaikat tidak mungkin salah mencatat amal kebaikan manusia, bukan?

 

 

 

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BEKAL MAKAN ISTIMEWA

Buku Cerita Anak : How Rude!

Buku Cerita Anak: TURTLE AND TORTOISE ARE NOT FRIENDS