Jejak Kenangan di Pelosok Oesilo, Timor Leste

Jika ditanya apakah yang menyenangkan dari terlahir sebagai anak tentara? Aku akan menjawab, bisa pergi ke berbagai daerah tempat Bapak bertugas. Masa kecilku kuhabiskan di daerah-daerah terpencil di Timor-Timur, yang sekarang dikenal sebagai Republik Timor Leste.

Tumbuh besar di negeri orang sungguh membuatku punya banyak sekali pengalaman tak terlupakan. Salah satunya adalah mencicipi berbagai biji-bijian enak yang langsung diambil dari pohonnya. Ketika Bapak masih bertugas di Oesilo, kontur tanahnya berbukit didominasi pepohonan jati yang menjulang tinggi. Aku, adikku dan teman-teman lainnya suka bermain petak umpet di baliknya. Pohon jatinya sebenarnya tidak begitu besar, namun bisa menyembunyikan tubuh kami yang kurus ramping. Dengan jarak pepohonan yang hanya 2-3 meter, tidak mudah menebak pohon mana yang menyembunyikan sosok anak kecil di belakangnya.

Jika lelah, kami akan beristirahat dan mulai mengumpulkan buah jati kering untuk dimakan. Iya, dimakan. Ada yang sudah pernah mencicipinya? Buah jati seukuran kelereng itu ditumbuk sampai retak lalu dibuka. Di dalamnya ada rongga-rongga kecil. Nah, di dalam rongga itu ada biji kecil yang mirip biji cabai tapi lebih gendut berisi, tidak gepeng. Biji-biji kecil inilah yang dikumpulkan sampai agak banyak baru dimakan. Namun harus sabar mengumpulkannya, karena dalam satu buah jati hanya ada 2-3 biji saja. Kalau langsung dimakan, tidak akan terasa saking kecilnya. Rasanya enak, serius. Mirip biji ketapang.

Buah Jati

Sumber : www.irwantoshut.com

Nah, lain lagi cerita tentang biji ketapang. Jarak dari rumahku menuju ke sekolah tidak terlalu jauh, tidak sampai 200 meter. Jalannya menurun dan harus melewati semacam hutan kecil. Kusebut hutan kecil karena pepohonannya tinggi besar dan lebat sekali memayungi sekitar 100 meter persegi area itu. Cahaya matahari hanya masuk melalui celah-celah pohon sehingga terasa sangat rindang dan tidak terlalu terang di siang hari, namun gelap luar biasa di malam hari. Ada pohon-pohon beringin yang ukuran batangnya sudah lebih besar dari pelukan orang dewasa, ada juga pohon-pohon ketapang yang buahnya berjatuhan sepanjang jalan dan mengering dengan sendirinya. Buah-buah ketapang kami pungut sepulang sekolah, lalu ditumbuk dan diambil bijinya untuk dimakan. Rasanya tentu saja enak. Mirip almond. Biji ketapang memang sering disebut juga Singapore Almond, Tropical Almond, Beach almond, dan lain-lain.

 Biji Ketapang
Sumber: bibitbunga.com

Ada lagi biji jambu mete. Pasti banyak yang suka makan kacang mete, kan? Harganya tergolong lumayan. Kacang mete yang dibuat dari biji jambu mete ini juga termasuk camilan teman main kami. Ada beberapa pohon jambu mete di sekitar rumahku. Buah yang matang dimakan, bijinya dikumpulkan lalu dibakar. Setelah seluruh bijinya kehitaman, barulah ditumbuk untuk dikeluarkan kacang metenya. Rasanya kayak kacang mete panggang. Cuma harus teliti memperkirakan waktu dibakarnya. Kalau terlalu lama, kacang metenya gosong, kalau terlalu cepat, rasanya jadi pahit karena belum matang.

 Buah Jambu Mete
Sumber: www.jagapati.com

Bertahun-tahun kemudian ketika sudah pulang ke Gorontalo, aku baru tahu ada kacang mete yang dijual dan langsung bisa dimakan tanpa harus susah-susah diolah dari awal 😄. Agak kaget juga karena ternyata gampang sekali menemukan dan membeli sesuatu di sini. Warung dan kios ada di mana-mana, pasarnya ramai banget dengan segala macam jualan. Di Timor, mau beli camilan harus ke ibukota kabupaten dulu, menyeberang sungai besar yang kering tanpa air. Di musim hujan, otomatis hubungan terputus karena airnya deras dan tak ada jembatan di sungainya. Lalu apa yang dijual di pasar? Pisang, jagung kering, beberapa jenis sayur, sirih dan pinang. Ibuku sampai termangu-mangu menatap uang di tangannya. Ini uangnya ada, menumpuk tidak terpakai saking tidak ada yang bisa dibeli. Hihi, pelajaran besar tentang bersabar, ya.

Anyway, hidup di negeri orang, jauh dari sanak keluarga, tentu membawa beribu cerita yang tidak terlupakan. Tentang alamnya, budaya, adat kebiasaan, hingga rasa persaudaraan dan toleransi yang menghangatkan hati. Semua cerita akan menjadi jejak-jejak kenangan yang  tak ternilai harganya dan jika dituliskan bisa menjadi berjilid-jilid buku.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BEKAL MAKAN ISTIMEWA

Buku Cerita Anak : How Rude!

Buku Cerita Anak: TURTLE AND TORTOISE ARE NOT FRIENDS