Mengapa Blog?

Ada berbagai media yang sering digunakan untuk menulis, mulai dari yang sederhana hingga yang kompleks dan menghasilkan. Ada yang rajin menulis buku, mengirimkan artikel ke media, menulis blog, menulis copywrite atau sekadar status di media sosial, bahkan ada pula yang hanya memilih free writing untuk menyalurkan 20.000 katanya. 

Mengenal blog di tahun 2013 sempat membuat saya terinspirasi untuk menulis di blog juga. Dibikinlah blog yang isinya tulisan curhatan emak-emak plus ulasan-ulasan hal-hal yang menarik hati. Tidak bertahan lama, begitu pindah rumah, blog pun terlantar. Selain karena memang tidak berlangganan wifi lagi (😆), kesibukan mengurus anak yang sudah lebih dari satu pun lebih mendominasi.

Di 2017, saya mulai menulis di blog lagi ketika bergabung dengan Rumbel Menulis IP (Ibu Profesional) Sulawesi dan memutuskan untuk serius belajar menulis. Tidak melanjutkan blog yang sebelumnya karena menginginkan topik tulisan yang berbeda. Hasilnya lumayan, bisa terisi beberapa tulisan challenge dari rumbel menulis. Tapi kemudian terhenti lagi. Saya tidak begitu ingat apa yang menyebabkan saya berhenti menulis di blog, sepertinya karena sudah berhenti dari rumbel menulis. Bukan berhenti belajar menulis tetapi karena pindah regional komunitas dan di regional yang sekarang tidak rumbel menulisnya.

Saya mulai mengikuti berbagai macam kelas menulis dan mencoba beberapa genre tulisan untuk kemudian sampai pada kesimpulan bahwa saya tidak terlalu suka menulis di blog. Alasannya? Yang pertama adalah karena beberapa tahun belakangan saya semakin membatasi diri untuk menulis atau bercerita tentang kehidupan saya di media yang bisa diakses publik. Saya lebih memilih menuliskan pengalaman-pengalaman tertentu dalam kisah-kisah inspiratif di antologi yang pembacanya terbatas. Iya, terbatas pada mereka yang membeli buku tersebut, bukan? Yang membeli, berarti memang ingin membaca tulisan-tulisan sesuai topik yang dibahas, jadi kecil kemungkinan timbul kontra. Sesungguhnya saya tidak ingin menulis sesuatu yang berpotensi menimbulkan pro kontra. Belum siap di-bully, wkwkw.

Alasan yang kedua adalah karena saya tetap bisa menulis meski tidak di blog. Maka saya tidak lagi merasa 'kepengen' melihat blog teman-teman yang kece-kece isinya dan betapa mereka rajin sekali meng-update-nya. Bergabung dengan KLIP (Kelas Literasi Ibu Profesional) pada awalnya pun tidak membuat saya tergerak untuk membuat blog, karena toh bisa menggunakan platform Google Dokumen untuk menyetorkan tulisan. Berhubung yang ingin saya latih di KLIP adalah konsistensi menulisnya, maka tulisan-tulisan yang sering dibuat hampir seluruhnya adalah curhatan atau cerita yang tidak ingin saya bagi pada orang lain, hoho.

Ketika mengikuti kelas ghostwriter awal tahun kemarin, ternyata untuk profil di web job freelance writer, direkomendasikan memiliki blog agar dapat dilihat sekilas contoh-contoh tulisannya. Untuk saya yang cenderung tidak nyaman menulis tentang kehidupan pribadi, bisa memilih topik lain yang kira-kira menyenangkan. Terpikirlah kemudian untuk membuat blog crafting. Bukankah banyak juga blog sejenis ini? Maka niat untuk membuat blog mulai terbentuk.

Puncaknya setelah masuk bulan ke-4 di KLIP, sesekali saya ternyata ingin tulisan saya 'terlihat', bisa dibaca umum tapi tidak secara general di facebook yang akan langsung mendatangkan beragam komentar. Bukankah menulis di blog bisa jadi alternatifnya? Karena orang hanya akan berkunjung jika mendapatkan link atau jika memcari topik yang sesuai di mesin pencari. 

So here I am. Pada tulisan pertama di blog malam ini. Doakan bertahan yaaaw.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BEKAL MAKAN ISTIMEWA

Buku Cerita Anak : How Rude!

Buku Cerita Anak: TURTLE AND TORTOISE ARE NOT FRIENDS