SAAT TERAKHIR

Seorang remaja lelaki menangis dalam diam sambil memukul-mukul kepalanya sendiri, di samping jenazah ibunya. Sore tadi ia pergi dalam keadaan marah setelah bertengkar dengan ibunya. Setelah bermain sepak bola, ia masih nongkrong menghabiskan waktu bersama teman-temannya. Tak ada telpon dari ibunya yang menyuruhnya pulang. Sebabnya adalah ia baru mengganti nomor ponselnya dan belum memberitahukan nomor barunya ke siapapun termasuk ibunya. Pukul 22.00 malam ketika kembali ke rumah, ramai orang berkumpul dan menyambutnya dengan mata sembab. Ibunya yang memang sering sakit-sakitan ternyata sudah pergi untuk selamanya. Saat terakhir bersama ibunya adalah ketika bertengkar sore tadi. Andai saja waktu bisa diputar kembali.

***

Seorang gadis sibuk mengurai alasan dalam percakapan jarak jauh bersama ibunya yang sedang terbaring di rumah sakit. Ibunya memintanya untuk pulang namun rasanya susah untuk dikabulkannya. Lagi banyak pekerjaan, susah minta cuti, tiket lagi mahal, minggu depan pun belum tentu bisa punya waktu luang, dan lain-lain, dan sebagainya, dan seterusnya. Ada begitu banyak pertimbangan yang kemudian membuat ibunya menutup telpon dengan satu kalimat, "Ya sudah, nanti datang saja kalau Mama sudah di dalam kubur.". Kalimat terakhir itu benar-benar terjadi beberapa hari setelah. Di hari ketika ibu tercintanya berpulang, semua tiket habis terjual. Hingga akhirnya ia baru tiba di rumah berjam-jam setelah ibunya dimakamkan. Kenangan terakhirnya adalah ketika sang ibu merajuk dan menutup telpon. Andai saja waktu bisa diputar kembali.

***

Seorang ibu muda mengomeli anak perempuannya yang merengek minta uang jajan. Kesal tidak diberikan, si anak pergi keluar dan bermain bersama teman-temannya di panggung depan kantor kelurahan tak jauh dari rumahnya. Beberapa saat kemudian, betapa terkejutnya sang ibu ketika dikabari kalau anak perempuan tercintanya itu dilarikan ke rumah sakit karena jatuh dari panggung. Nyawanya tidak tertolong. Ibunya tak sanggup menahan penyesalan. Saat terakhirnya bersama sang anak adalah ketika ia mengomelinya. Andai saja waktu bisa diputar.

***

Seorang remaja laki-laki bertengkar dengan kakak perempuannya. Dengan kesal ia pergi dari rumah, melarikan motornya dengan kecepatan tinggi. Tidak sampai 200 meter dari rumah, motornya terpelanting setelah terperosok pada jalan berlubang. Ia menghembuskan nafas terakhirnya di tempat. Kakak perempuannya histeris meraung mengingat kalimat terakhirnya pada sang adik adalah 'pergi saja, tidak usah balik lagi!' dan adiknya sungguh tak akan kembali lagi. Andai saja ... waktu bisa diputar kembali.

***

Seorang wanita muda menahan sesak di dadanya karena pertengkaran dengan suaminya yang tak kunjung selesai. Laki-laki yang kekanak-kanakan itu bahkan memblokir nomornya dan seluruh anggota keluarganya agar tidak ada yang bisa menghubunginya. Permintaan maaf bahkan pesan singkatnya minta dijemput pun tidak digubris. Hati wanita muda itu patah, lalu hancur berkeping-keping. Ia pun mengirimkan pesan lewat ponsel tetangganya, 'Nanti jemput saja kalau sudah jadi mayat'. Itu adalah pesan terakhirnya. Sejam kemudian ketika suaminya akhirnya datang, wanita muda itu sudah sesak nafas parah dan langsung dilarikan ke rumah sakit. Ia tidak pernah lagi tersadar dan pergi saat itu juga. Suaminya menangis tersedu-sedu setelah membawa jenazah sang istri ke rumah. Andai saja waktu bisa diputar kembali.

***

Semua kisah di atas adalah kisah nyata yang selalu menyebabkan pilu ketika dikenang. Waktu tidak pernah berjalan mundur. Maka pergunakanlah kesempatan yang ada sebaik-baiknya bersama orang-orang terkasih. Kita tidak pernah tahu kapankah saat terakhir bersama mereka. Kita tidak pernah tahu kapan penghujung waktu itu tiba. Jangan pergi dalam keadaan marah, jangan ucapkan kalimat-kalimat menyakiti hanya karena emosi. Karena jika itu adalah 'saat terakhir', bukankah sudah terlambat untuk menyesal? Percayalah ... yang paling pedih dari penyesalan adalah kita yang tidak bisa memaafkan diri sendiri.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Novel: Ayah (Andrea Hirata)

Buku: Fatimah Az Zahra, The Mother Family of Heaven

Buku Cerita Anak: Aku Suka Caramu